Surga Kopi yang Terlupakan

foto TribunNews
                                                             
Muara Dua merupakan Kabupaten Paling Selatan Provinsi Sumatra Selatan, kini usia Kabupaten ini sudah memasuki 14 tahun. mayoritas penduduk Oku Selatan merupakan Petani Kopi, selain kopi kabupaten ini juga merupakan penghasil padi, lada dan berbagai hasil pertanian lainnya.

hampir setiap memasuki awal tahun setiap tahunnya para petani sudah mulai memetik hasil berkebun berupa kopi ini, memasuki bulan April hingga dua bulan kedepan setiap tahunnya petani sudah mulai memanen hasil jerih payahnya sepanjang tahun.

tidak seperti petani kopi didaerah lain yang hasil panen nya melimpah ruah, di kabupaten ini hampir setiap tahun hasil panen kopi selalu berkurang lantaran ketersediaan pupuk dari pemerintah sangat lah minim. selain pupuk bantuan pemerintah jarang ada harga pupuk tergolong amat mahal dari harga biasanya.

Baca Juga Nilam Muara Dua

terpaksa para petani di desa-desa sebelum panen telah meminjam pupuk dari para pemilik modal, kemudian dari hasil panen kopi yang didapat para petani terpaksa membayar dengan biji kopi sesuai harga yang telah disepakati sebelumnya. misalkan jika harga pupuk persatu karung Rp 100 Ribu maka para petani harus membayar dengan harga dua kali lipat setelah kopi siap dijual, dijualnya pun pasti kepada para pemilik modal yang sebelumnya tempat berhutang pupuk tersebut. rantai kehidupan yang seperti ini tak jarang di Kabupaten Oku Selatan, selain petani yang terus mengalami kesulitan setiap tahunnya tidak jarang dua bulan setelah panen hasil kopi yang didapat tidak ada lagi alias ludes terjual karena tidak ada lapangan pekerjaan yang disediakan untuk para petani.

jika pemerintah serius untuk melakukan pembinaan kepada para petani dan terus memberi bantuan berupa pupuk murah, Penulis blog meyakini sebagai putra kelahiran Oku Selatan Kabupaten ini di kemudian hari menjadi kabupaten penghasil kopi yang cukup mumpuni.

Selain Kopi di Kabupaten Oku Selatan juga penghasil padi yang tergolong cukup banyak, namun para petani sering mengalami sedikit kendala selain pupuk harus membeli dari kantong pribadi, para petani sering mengalami gagal panen. peralatan untung mengelolah pertanian pun kebanyakan masih manual, hanya ada sebagian mayarakat yang memiliki mesin bajak berupa teraktor itu pun digunakan secara bergilir dengan sistem sewa kepada empunya mesin.Wasalam.

Comments