Marka putih garis jalan yang begitu panjang menghantar Lampung Post kejalan Imam Bonjol, Keluraha Kampung Giri Tjondro, Langka Pura, Kemiling Bandar Lampung, siang itu arloji menunjukkan pukl 14.00.
Cuaca tak begitu cerah, anggin pun begitu kuat berhembus saat itu kendaraan wartawan ini terhenti disebuah bangunan tua tak lain adalah rumah dari Dr. Dadi Tjokro Dipo, Besan dari Presiden Pertama Repoblik Indonesia, yang kini namanya dijadikan nama rumah sakit daerah Kota Bandar Lampung.
Cagar budaya yang didirikan sejak 1952 ini begitu indah dipandang mata, bentuk pisik dari bangunan masih menyajikan rupawan bangunan samandahulu kala, Jalan paping Rindang pepohonan saat melangkah menuju rumah tua itu menghantar kedamaian seolah para pengunjung hidup dimasa lampau. Berbalas salam terucap kala melangkah kedalam rumah, sajian bangku dan meja tua menyambut tamu yang masuk kerumah cagar budaya itu. Dinding bangunan bak benteng yang begitu kokohnya, Hiasaan wayang dan foto-foto saman dahulu masih terpampang di rumah milik Dokter A Dadi Tjokro Dipo ini.
Dua bangunan yang menjadi satu kesatuan ini begitu kuat seolah tak lekang dimakan uasia, hanya sebagian dinding papan dan atap gentang yang mulai lapuk. Cukup sedikit bangunan cagar budaya di Kota seribu tapis yang masih bertahan, salah satunya rumah besan dari Sukarno Presiden Indonesia pertama ini, ribuan pohon yang diberi papan nama sebagai pengenal nama-nama dari pohon menghias dihampir setiap tumbuhan pada lingkunan yang luasnya kurang lebih satu hektat ini.
" pemiliknya Pak Dokter A. Dadi Tjokrodipo, hanya saja sudah dibeli oleh cucunya sendiri pak Tatang, Tatang inu tak lain adalah anak Mega Wati mantan Presiden kita, Ibu Mega sendiri adalah mantu dari Pak Tjokro," Ujar Rejo Wijoyo Alias Jakim, Peria yang diberi amanah mengurus rumah saat membuka percakapan dengan wartawan koran ini Seni (14/8/2017).
Jakim menceritakan, sejak tahun 1964 dia diminta oleh Dr. A. Dadi Tjokrodipo untuk mengurus perkebunan disekitar rumah tersebut, ketika itu sang dokter masih berdinas di sekitaran Pahoman, " dari dulu, dari tahun 64 saya disini sampai sekarang, waktu itu pak Dr lagi jaya jayanya," katanyanya.
Dilingkungan sekitar rumah tersebut dapat digolongkan rumah paling tua dan paling unik dizamanya, beberapa inpestor asal Cina pernah datang untuk menawar hanya saja dia mengatakan tidak akan pernah dijual oleh sang pemilik, karena nilai sejarah dari bangunan tidak akan pernah dijual, " banyak yang datang kesini menawar rumah ini cumah sayang bilang nggak akan dijual surat-suratnya saja lengkap saya bilang. Waktu ulang tahun PDIP buk mega saja sempat kesini menengok rumah mertuanya ini," kata dia.
Dr. A. Dadi Tjokrodipo, menurut Jakim buka hanya hebusan angin soal kebaikanya, melainkan dia adalah sosok yang betul-betul baik dimata masyarakat sekitar atau orang-orang dekatanya, " memang baik betul orangnya, makanya sampai sampai dijadikan nama dari rumah sakit daerah kota tercinta ini, saya sudah lama ikut beliau dia bijak sana dan penyang," katanya. Febi Herumanika
Comments
Post a Comment